Selasa, 13 April 2010

Tripping Junkie LP Launching 6 April 2010









Penantian mereka selama 4 tahun akhirnya terwujud juga. Pentas peluncuran karya rekaman ini menjadi sebuah penanda yang penting terhadap eksistensi Tripping Junkie di scene musik indie Jogja . Melalui maeri materi yang dituangkan dalam album berjudul "Quasars" malam itu mereka tampil dengan kharisma keunikan yang sebanding dengan pemilihan venue yang terbilang tidak lazim . Dalam perhelatan tersebut , band yang bernaung di bawah Minor Label Rise and Shine Records ini dibantu oleh teman teman mereka dari sebuah kolektif bernama Mini Markas yang mengelola acara tersebut dengan cermat.

Pentas yang terbagi dalam 3 sesi ini dimulai tepat pada pukul 20.00 WIB . Dengan diawali oleh "In The Beginning" mereka menyapa penonton yang sudah memadati bioskop tua yang kini mulai terlupakan itu. Berturut turut "Dancing Dwarf" dan "Drakula Wanita" menghajar telinga para penonton .

Sesi pertama usai dengan jeda sekitar 5 menit yang selanjutnya terhubung ke sesi 2 dengan dibuka oleh String Quartet dengan "Night Voyage". Kemudian "Blushly" yang disusul "Hyena" dan "besi Baha atau Perak" semakin menambah antusiasme penonton terhadap lagu lagu mereka. Sesuai 3 lagu tersebut,Asad(Vocal) mengundang Awan Gamida yang merupakan bassist dari Sore untuk ikut berkolaborasi dengan mengcover sebuah lagu The Beatles,"Tommorow Never Knows" dan berduet bersama Asad dalam lagu Tripping Junkie "This Is How I Spent My Life" yang menjadi track terakhir di LP "Quasars".

Sesi ke 2 berlaku dan String Quartel mengisi jeda antar sesi "Novus Mondus" langsung menghentak sebagai penanda dimulainya sesi 3. Pada sesi ini,penampilan Tripping Junkie tampak elegan. "BETA" yang rencananya dijadikan single untuk LP ini dimainkan dengan iringan String Quartet sehingga membuat seolah olah berasa perant antar galaksi. Akhirnya lagu "Sauvenir Abad Batu" menjadi penutup sesi ke 3 yang sekaligus menuntaskan pentas pada malam tersebut. Format sajian musikan dari Tripping Junkie berhasil memuaskan ekspektasi para penikmat indierock lokal yang sudah lama menantikan rilisan band ini. (Robby Verdian)












Apabila orang awam terkadang memandang musik rock identik dan lumrah dengan hal-hal ‘negatif’ seperti alkohol dan drugs, sepertinya cap atau image tersebut tidak selamanya benar. Apalagi banyak media yang hanya menyorot dan menjual berita tentang perihal tersebut saja. Tentunya dalam hal ini harus ada penengahnya. Ya, sebuah wacana yang dapat memberikan pandangan baru kepada orang awam bahwa musik rock memiliki movement lain yang positif disamping kepopuleran jargon: “sex, drugs & rock and roll”. Disini kita akan membahas tentang Straight Edge.
Apa itu Straight Edge?, Straight Edge adalah gaya hidup (life style) yang bersikap abstain terhadap pengkonsumsian alkohol, rokok, drugs dan free sex. Gaya hidup Straight Edge mencoba untuk memberikan alternatif baru di scene punk/hardcore yang sempat identik dengan kebiasaan mabuk dan berakhir rusuh. Ya, paham Straight Edge memang lahir dari komunitas punk/hardcore, kata adit yang termasuk dalam staright edge. Straight Edge juga identik dengan berbagai macam hal, menurut adit Simbol “X” di punggung tangan, simbo; tersebut menandakan orang itu tidak mengkonsumsi alcohol dan semacamnya. Simbol “X” juga sangat berpengaruh di dalam komunitas, terutama di komunitas hardcore. Dari moment itulah akhirnya simbol “X” di punggung tangan menjadi simbol pergerakan Straight Edge. Kalau kita bisa mengikuti gaya Straight Edge, kita telah bisa ikut dalam menyehatkan diri kita, kata adit sambil tertawa kecil. Saat ini Straight Edge tidak hanya berkutit di scene punk/hardcore, namun sudah meluas ke berbagai genre. Ya, Straight Edge sudah benar-benar di adaptasi sebagai gaya hidup.

oleh hendy susilo nugroho

PASAR BURUNG NGASEM DALAM GORESAN KANVAS



JOGJAKARTA - Masyarakat Kota Jogja dan sekitarnya kini tidak bisa lagi mendengarkan kicauan burung lagi di kawasan Pasar Ngasem. Pasar Burung kini akan menempati tempat baru di Jl Dongkelan. kepindahan Pasar Burung ini mendapat perhatian besar dari berbagai kalangan, baik dari masyarakat Jogja, seniman, pemerintah setempat dan berbagai komunitas. Perpisahan Pasar Burung Ngasem ini ditandai dalam sebuah acara yang diadakan pada hari Minggu tanggal 11 April 2010 kemaren bertemakan Bird Market Farewell Party, acara ini bertempat di pusat Pasar Burung Ngasem.

Sejak dulu Pasar Burung Ngasem erat hubungannya dengan obyek wisata dan warga Tamansari. Warga sekitar Tamansari dan Pasar Burung Ngasem sudah saling terikat selama bertahun-tahun dan susah dipidsahkan. Acara perpisahan Pasar Burung Ngasem ini diadakan oleh komunitas kampoeng Boedaja Tamansari (KBT). Berbagai kegiatan dilaksanakan antara lain kegiatan membatik, melukis dan acara band. sekitar 120an pelukis dan pembatik mengikuti kegiatan ini.

Lukisan-lukisan yang dibuat para pelukis sangat beragam. Mulai dari lukisan kontemporer hingga abstrak. Media yang digunakan antara lain kanvas, sedangkan catnya memakai cat minyak. Para peserta lukis juga beragam mulai dari seniman hingga anak-anak ikut memeriahkan kegiatan ini. Tema lukisannya juga masih sekitar Pasar Burung Ngasem.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam perpisahan Pasar Burung Ngasem ini tujuan utamanya adalah untuk mendokumentasikan detik-detik terakhir sebelum pasar ini dipindah. Dalam kegiatan ini, Walikota Herry Zudianto turut hadir untuk ikut mendokumentasikan dan ngobrol bareng wartawan-wartawan yang akan mendokumentasikan kegiatan tersebut.

Menurut Walikota Herry Zudianto dalam perbincangannya kepada wartawan, para pedagang yang menempati lokasi Pasar Burung Ngasem akan dipindahkan di Jl Dongkelan. Sekitar 258 pedagang akan menempati kavling-kavling baru dan mendapatkan gratis biaya retribusi selama 6 bulan.

Dengan pindahnya Pasar Burung Ngasem ke wilayah DOngkelan diharapkan menjadikan lebih baik lagi tatanan pasar yang lebih tertata lagi dan lebih baik lagi. (NORTON HANDRI H)

PASAR BURUNG NGASEM


PHOTO BY:M.RIFKI




















JOGJA(KM TRKHR)-Pasar Burung Ngasem Yogyakarta akan dipindah mulai 22 April 2010. Jelang kepindahan, Kampoeng Boedaja Tamansari (KBT) menggelar kegiatan budaya yang bertajuk Bird Market Farewell Party yang diikuti ratusan pedagang burung di pasar tersebut. Ketua KBT, Kompi Setyoko menjelaskan kegiatan yang terbuka ini ingin memunculkan romantisme keberadaan Pasar Burung Ngasem. Romantisme ditunjukkan melalui merekam gambar, atau hanya sekedar menghadiri. Beragam kegiatan yang digelar diantaranya melukis bersama dan membatik.

Adanya respon yang luar biasa dari Pemkot Yogyakarta dan rekan-rekan seniman, menjadikan kami lebih percaya diri untuk menggelar evend hari ini," ujar Kompi, Minggu (11/4/2010). Acara yang juga dihadiri Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto, ini menyisipkan kegiatan melukis disudut pasar dengan potret kegiatan pasar di atas kanvas. Walikota Yogyakarta, Herry Zudianto menyatakan pemindahan Pasar Burung Ngasem ke kawasan Dongkelan secara resmi akan berlangsung 22 April 2010.

Prosesi atas pemindahan akan digelar dalam bentuk kirab budaya. Walikota juga mengaku akan menyampaikan rencana pemindahan dan kesiapan kepada Gubernur DIY Sultan Hamengku Bowuno X selaku gubernur, Senin (12/04/2010) besok. Mengenai konsep pasar Dongkelan, Herry menyakini Pasar Dongkelan bakal menjadi lokasi bagi hobiis Yogyakarta pecinta tanaman dan hewan. "Konsepnya itu pasar berwawasan lingkungan, pasar dalam taman, bagian dari tempat rekreasi keluarga," ujar Herry.(M.RIFKI F.A)

KICK FEST 2010


photo BY:M RIFKI

Jogja(KM TRKHR)-Untuk merespon dan memenuhi kebutuhan konsumen akan pakaian, Kreatif Independet Clothing Kommunity (KICK) kembali menggelar pameran produk clothing dan distro lokal Kickfest 2010 di empat kota besar di Indonesia. Pelaksanaanya di Yogyakarta digelar pada 2 hingga 4 April di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta.

Project Director Kickfest 2010, Reza Pamungkas mengatakan, perkembangan industri lokal clothing dan distro di tanah air cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari penyelenggaraan Kickfest yang tak lagi bisa menampung pengunjung yang hadir. "Tahun lalu, Kickfest di Jogja diikuti oleh 170 booth, 130 brand, dan dikunjungi oleh 72 ribu orang selama tiga hari pelaksanaannya," katanya di Restoran Dixie Yogyakarta, Selasa (3/4).

Meski pada Kickfest 2010 hanya menghadirkan 160 booth dan 100 brand, Reza menolak jika hal tersebut merupakan pertanda dari kemunduran pelaksanaan Kickfest 2010 serta penurunan idustri clothing dan distro khususnya di Yogyakarta.

"Sebenarnya bisa dibilang bahwa Yogyakarta, dalam hal ini Gedung JEC, sudah tidak mampu lagi menampung pengunjung Kickfest yang hadir. Kami bahkan mencari gedung yang lebih besar untuk mengakomodasi pengunjung Kickfest 2010. Jadi ini karena masalah space atau ruang," ujarnya.

Pada penyelengaraan pameran bertemakan 'Get Real' tersebut, sekitar setengah dari peserta yang turut merupakan local brand clothing dan distro dari Yogyakarta. Sedangkan peserta lainnya berasal dari Malang, Bandung, dan Jakarta.

Mengenai target pendapatan dalam pameran ini, Ketua Panitia Kickfest 2010, Febri mengaku pihaknya tidak pernah melakukan survei kepada tiap-tiap brand yang turut dalam pameran. Menurutnya, pendapatan bukanlah satu-satunya tolok ukur bagi keberhasilan dan perkembangan industri clothing dan distro. "Yang utama bukanlan omset, tapi bagaimana mereka menghasilkan kreativitas, serta mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang ditampilkan," katanya.

Selain digelar di Yogyakarta, Pameran Clothing dan Distro Kickfest 'Get Real' yang diselenggarkan oleh Independent Network Indonesia sebagai committee Kickfest 2010 juga digelar di kota besar lain yakni Malang, Bandung, dan Jakarta.

Acara ini juga di meriahkan oleh beberapa band indie dia antara nya:
Seringai,Shaggy Dog,Aftercoma,Goodboy Badminton,Melancholic Bitch,Teknoshit, Southern Beach Terror,Heinrich Manuver.Shaggy dog menjadi menjadi closing acara kickfest 2010 di jogja dengan membawakan beberapa lagu.(IKHSAN WIDYATMIKO)